Senin, 22 September 2008

MENENTUKAN HARGA DESAIN

Menentukan harga sebuah karya desain ternyata bukan perkara mudah. Kesulitan ini terkait dengan bagaimana harus menghargai sebuah karya kerja kreativitas? Yang pada akhirnya juga terkait pada bagaimana mempertahankan klient supaya dapat terjalin long term relationship. Argumen apakah yang bisa diberikan seorang desainer dalam menentukan harga sebuah desain? Inilah masalah klasik dalam dunia desain.
Dari beberapa pengalaman freelance desainer, dalam penentuan harga ada yang memberikan harga per-paket, ada yang berdasarkan jumlah halaman, ada yang menentukan flat-price, ada pula yang menetukan berdasarkan rate per-jam atau per-hari. Bagaimana dengan Anda?

Dibawah ini merupakan satu cara menentukan harga desain yang mungkin bisa Anda terapkan, yah… kalau menurut saya sudah “cukup fair”.

HP = HT – (d x HT)

dimana: HT = [ R x W ] + K + M

HP = Harga Penawaran
HT = Harga Total
R = Rate /hari atau /jam dari seorang desainer (1 hari = 8 jam kerja)
W = Waktu pengerjaan
K = Konsep Desain
M = Material desain.
d = Discount


1. R = Rate /hari atau /jam (1 hari = 8 jam kerja)

Rate adalah harga perhari atau perjam yang ditentukan pada kemampuan seorang desainer dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan desain. Besarnya bergantung pada skill yang dikuasai, pemahaman konsep desain, pengalaman, portfolio, kredibilitas klien yang pernah ditangani, dsb. Singkatnya R bergantung pada pengalaman dan jam terbang seorang desainer.
Desainer berpengalaman yang bisa dikategorikan sebagai highly priced desainer misalnya menentukan rate dirinya Rp. 2.000.000/hari. Sementara seorang lulusan sekolah desain yang baru memiliki 2-3 portfolio dari perusahaan2 kecil bisa dikategorikan sebagai pemula dengan rate misalnya sekitar Rp. 100.000/hari. Disini, seorang desainer dituntut untuk mampu mengestimasi “nilai jual” dirinya berdasarkan faktor-faktor tersebut.
Rate bisa dihitung perhari ataupun perjam. Beberapa desainer menentukan rate/hari (1hari=8 jam kerja) dengan alasan kemudahan perhitungan. Desainer lain menerapkan rate/jam dengan alasan agar lebih gampang menghitung waktu untuk revisi. Sebenarnya ini sama saja, kembali kepada sang desainer untuk menghitung lamanya pengerjaan sebuah proyek desain dalam hitungan hari (agar lebih sederhana) atau dalam hitungan jam agar lebih detail.
Di negara maju dimana pekerjaan desain sudah dihargai dengan baik, rate/jam mungkin bisa diterapkan dan diterima oleh calon klien. Akan tetapi bila kita berbicara dalam konteks lokal ternyata rate/jam sangat sulit untuk diterima oleh umumnya klien di Indonesia.

2. W = Waktu Pengerjaan

Waktu Pengerjaan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah desain/proyek desain. Bisa dihitung dalam satuan hari ataupun jam. Disini desainer dituntut untuk melakukan perhitungan yang masuk diakal dan tidak mengada-ada. Dalam penggunaan satuan hari, variabel H tidak harus bulat, ia bisa bernilai 0.5 (setengah hari = 4 jam) hari atau 0.25 (seperempat hari = 2 jam).

3. K = Konsep Desain

Dalam menentukan harga konsep, seorang desainer harus bisa menguraikan konsep desain yang ia tawarkan. Bukan hanya terbatas pada ide dan tampilan visual semata, tapi juga mencakup hal2 lain seperti ‘look and feel’, tata letak (lay-out) yang baik dsb.
Dalam kasus, harga K kadang ditentukan dari berapa lama ia melakukan eksplorasi untuk mendapatkan ide dan menguraikannya menjadi sebuah konsep desain.

K = Rk x Wk

K = Konsep Desain Rk= Rate desainer Wk=Waktu eksplorasi


4. d = Discount

Dalam banyak kondisi harga discount = 0, akan tetapi adakalanya hal ini perlu dipertimbangkan bila seorang desainer menghadapi kasus dimana calon klien merupakan sebuah perusahaan besar dan menurut perkiraan memungkinkan terbentuknya long term relationship dan kontinuitas proyek.

5. M = Material Desain

Harga material desain adalah total harga pengadaan material untuk pekerjaan desain yang mencakup harga session fotografi, pembelian stock image, pembelian lisensi additional software, fee copywriting. dan lain-lain


HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Harga W bersifat fleksibel bergantung dari skala proyek desain yang dikerjakan. Harga M juga bersifat fleksibel karena bergantung dari harga pihak ketiga yang menyediakan material desain (copywriter, fotografer, harga stock image, dsb). Harga d juga bersifat fleksibel seperti telah diuraikan di atas.

Harga konsep (K) pun bersifat fleksibel. Perbedaan ada pada cara menentukan harga tersebut. Seperti telah diuraikan di atas, ada beberapa desainer yang menetapkan nilai K dengan rumus K=Rk x Wk. Tapi ada juga desainer yang menetapkan nilai K tanpa menguraikannya seperti itu. K adalah sebuah nilai yang mencakup seluruh hal mulai dari eksplorasi, ide, konsep, dsb. Bagaimana dengan variabel R? Ada dua fenomena menarik. Beberapa freelance desainer mematok harga R tetap (fixed) dengan alasan bahwa harga tersebut adalah standar profesionalisme mereka. Desainer dengan harga R tinggi harus bisa bekerja dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan desainer dengan harga R yang lebih rendah untuk sebuah hasil yang kualitasnya sama. Artinya klien yang menyewa desainer dengan R tinggi akan diuntungkan dengan waktu pengerjaan (W) yang lebih singkat/cepat bila dibandingkan dengan mempekerjakan desainer dengan harga R yang lebih rendah.
Di sisi lain ada desainer yang lebih fleksibel dengan harga R yaitu dengan menentukan nilai R sesuai dengan kredibilitas ataupun skala perusahaan klien. Sebagai ilustrasi, desainer seperti ini memberikan nilai R yang tinggi kepada sebuah perusahaan multi-nasional yang memiliki aset milyaran dan memberi rate yang lebih rendah kepada perusahaan kecil berbudget rendah, misalnya.

Sekali lagi, cara di atas bukanlah sebuah hal mutlak. Ini hanyalah salah satu cara dan penerapannya juga kembali kepada desainer yang bersangkutan. Satu hal yang pasti, formula ini juga tidak akan menjamin diperolehnya sebuah pekerjaan/proyek desain? Harus dibedakan disini antara menentukan harga desain dengan mendapatkan proyek desain. Deal sebuah pekerjaan desain bergantung dari banyak faktor lain seperti relasi, jenis klien, budget, kualitas desain, dsb. Tidak ada jaminan bahwa dengan menerapkan formula ini sebuah proyek desain pasti akan diperoleh. Akan tetapi, minimal seorang desainer memiliki dasar untuk menentukan harga sebuah desain dan tidak hanya bisa bergumam sambil berkeringat dingin bila sang klien mempertanyakan dasar penentuan harga desain yang ia tawarkan.

Diedit dari tulisan Harry JH (freelance desainer yang pernah bekerja pada beberapa ad-agency, desain studio, dan IT company. Sekarang mencoba independent dengan mendirikan sebuah desain studio Digitalgrafis (
http://www.digitalgrafis.com/).